Bagai kuas bagi lukisan , usia memupuk pengetahuan
Kian memulas kian jelas, sebuah gambar dunia diatas kanvas
Hitam putih berkesan dalam, warna-warni tak membosankan
Biar tinta habis selautan, walaupun kertas sudah sedaratan
Siapa berani berkata, telah puas pelukis berkarya ?
( Dida Dikjaya , 2012)

Sabtu, 18 Juni 2011

DINAMIS

Malam ini saya teringat sebuah kata bijak yang saya lupa dari mana asalnya, “Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya” . Jika kita percaya kebenaran kalimat itu, maka  menjawab satu pertanyaan ini menjadi sangat penting ; “ Siapa aku ?” Kemudian bila kita juga percaya dengan kalimat lain yang berbunyi, “kita adalah apa yang kita lakukan”, maka muhasabah adalah sarana yang mungkin membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Muhasabah atau evaluasi diri  berarti mempertimbangakan kembali nilai dan kedudukan hal-hal yang telah kita lakukan dibanding dengan konsep diri kita yang ideal. Kalau demikian, mengingat adalah suatu pekerjaan penting, mengingat apa-apa yang telah kita lakukan. Bila itu tidak mungkin, catatan mutlak diperlukan,   namun adakah diantara kita yang selalu mencatat apa yang dilakukannya? Tentu tidak. Maka dari itu kita perlu orang lain sebagi saksi. Tidak cukup satu dua orang , sebab seperti saya bilang tidak ada yang selau mencatat apa yang dilakukan dirinya , apalagi  yang dilakukan orang lain. Jadi kita akan mengumpulkan banyak saksi, banyak keterangan dan menyusunnya seperti sebuah puzzle hingga perlahan gambaran diri ini terlihat semakin jelas.
 Saya jadi teringat kalau saya pernah mendapat karunia semacam itu, Pada suatu kesempatan saya berhasil mendapatkan sepotong; penilaian seseorang. Simaklah penilaiannya :
“kau adalah orang yang sangat sensitive hatinya,itu membuat engkau labil ketimbang laki-laki kebanyakan. Kau orang yang terbiasa berada dalam koridor yang aman dan nyaman semenjak kecil, sehingga ketika menemukan gesekan social, kau bingung harus bagaimana. Karakter yang lebih memilih memikirkan sendiri masalah yang dihadapi, menyebabkan keengganan untuk meminta tolong dan saran orang lain tak heran kau begitu rentan terserang rasa putus asa, terutama ketika tidak menemukan jalan keluar. Sudah begitu, bukannya melakukan evaluasi diri untuk kemudian bergerak maju, malah lari dari masalah. Padahal banyak sekali potensi yang tidak dimiliki orang kebanyakan , tapi kau miliki. Tidak sadar karena terbelenggu oleh sugesti buruk tentang diri sendiri. Kau tak bisa ditebak, saya akui , suka dengan sudut pandang yang kau miliki dalam menaggapi masalah pada saat berdiskusi. Bahkan sering saya berdecak kagum, oh iya ya, betul, betul, kok tidak kepikiran..kau juga pendengar yang baik, cukup perhatian.” 
 … Begitulah kurang lebih. Saya berterimkasih atas keterusterangannya dan juga karena keterusterangannya itu sangat berarti. Namun, kita sebaiknya tak menjadikan hal seperti ini sebuah pegangan yang diam. Sebab bicara soal konsep diri juga berarti bicara tentang manusia dan lingkungannya. Sementara itu kita tahu, jika tidak diri kita maka lingkungan kita atau lebih sering kedua-duanya memiliki sifaat ini , DINAMIS.